Mu’jam al-Syuyukh/ معجم الشيوخ; Geneologi Ilmu dan Pemikiran (bagian II)
 

Penulis: Dr. Ja’far Assagaf, MA

Dosen UIN SUKA dan Sekretaris Umum Asosiasi Ilmu Hadis Indonesia.

jafar.assagaf@uin-suka.ac.id

B. Guru yang Memberikan Dorongan dan Dukungan Perlu diingat semua guru tanpa terkecuali mendorong dan mendukung muridnya untuk giat belajar, namun ada beberapa guru memberikan dorongan dan dukungan lebih dari biasanya, baik melalui lisan maupun pola mereka mengajar dan saat penulis meminta pandangannya. Guru penulis di kelompok ini yaitu:
  1. Kedua orang tua penulis yang sejak awal memang menginginkan agar penulis mempelajari dan mendalami ilmu-ilmu Islam, meski saat itu penulis lebih tertarik dengan pelajaran umum bahkan sampai kelas I SMA teristimewa biologi. Saat ayahanda wafat 1990, penulis pernah meminta ibunda agar berhenti mondok dan melanjutkan ke SMP negeri, tapi ibunda tetap pada pendirian, mungkin telah diwasiatkan oleh ayahanda agar penulis tetap mondok.
  2. Ustz Muset binti Faray; guru tiga generasi yang meletakkan fondasi awal bagi penulis untuk berani tampil di depan banyak orang, termasuk kegiatan murid TK pergi ke RRI Ternate untuk bernyanyi yang disiarkan melalui radio.
  3. Ustz Basariah wali kelas V ibtidaiyah al-Khairaat yang berulang kali dan tak bosan-bosannya menasihati penulis untuk belajar ilmu agama dan menyuruh agar melanjutkan Pendidikan di Pesantren al-Khairaat Palu. Sekitar 1997, ustz meminta penulis untuk memberi insight di al-Khairaat Selatan di depan murid, wali murid dan pengurus.
  4. Ustz Khadijah wali kelas III ibtidaiyah; guru berkarakter, disiplin, menguatkan penulis untuk memainkan peran sebagai sahabat Bilal bin Rabah (w. 20 H) dalam acara fragmen pendek maulid Nabi suci saw di ibtidaiyah Al-Khairaat Selatan. Embrio yang memupuk keberanian untuk tampil berbicara di depan banyak orang.
  5. Ibu Cum wali kelas Va dan VIa menjadikan penulis ketua kelas selama 2 tahun. Memperoleh pelajaran tentang koordinasi, memimpin orang di kelas meski masih dalam bentuk yang sederhana.
  6. Ust Saqqaf Aljufrie (w. 2021); ketua utama al-Khairaat sampai 2021, meski sibuk sebagai anggota MPR utusan golongan dari Sulteng saat itu, masih berkesempatan mengajar di kelas. Beliau memberikan insight pada murid melalui syair-syair guru tua, dan nyanyian/qasidah tentang kecintaan kepada republik Indonesia.
  7. Ust Abdillah al-Jufrie pimpinan pesantren al-Khairaat Palu, selain mengajar juga memberikan metode menghafal jika mengalami kesulitan, di antaranya dengan mengeraskan suara. Beliau juga memberikan motivasi tinggi. Menguatkan penulis saat ayahanda wafat, agar fokus pada ilmu. Beliau berpesan yatim itu bukan tidak ada orang tua, tetapi tidak ada ilmu dan adab sebagaimana bunyi salah satu syair.
  8. Ustz Mutahhar Aljufrie, berdedikasi tinggi, mutasawwif. Selain mengajar di kelas, penulis juga belajar hadis; Riyadh al-Salihin dan ilmu nahwu di rumahnya, terutama saat ayahanda penulis wafat. Ust Mutahhar mendorong penulis agar tetap tabah dan terus melanjutkan belajar di pondok. Beliau juga menjadi perantara penulis mengenal dan mengajar di pondok Habib Saqqaf Nurul Iman al-Ashriyyah Parung Bogor 2005-2007.
  9. Habib Abu Bakar Alatas, mendorong berulang kali kepada ibunda agar penulis dipondokkan di Dar al-Nasyiin Lawang-Malang Ust Muhammad Ba‘bud. Ramadhan tahun 1990, penulis tidak pulang ke Ternate tapi ke Ujung Pandang (Makassar), kerap kali menghadiri tarawih bersama di rumah Habib Abu Bakar, setelah itu terkadang diisi obrolan lepas tentang Islam. Selain memperoleh dorongannya, juga contoh kedermawanan terhadap tamu, bahkan sampai sekarang pengajiannya menyiapkan makanan bagi mereka yang hadir.
  10. Pak Taslim di Palu dan pak Tejo di Lawang Malang keduanya guru biologi yang paham kalau penulis menyukai pelajaran ini, sehingga hampir setiap PR mapel ini, salah satu soalnya penulis yang menyelesaikannya.
  11. Ust Muhammad Ba’bud (w. 1993), yang mendorong untuk selalu belajar, mencontohkan kesederhanaan, mengasihi anak yatim dan berbagi dengan orang lain. Ust Muhammad memiliki kebiasaan memberikan kelebihan rezekinya kepada anak yatim yang ada di pondok, termasuk penulis. Mereka diprioritaskan terlebih dahulu dibanding anak pondok lainnya yang masih memiliki orang tua. Di kesempatan lain anak pondok lainnya tersebut juga memperoleh itu bersama-sama dengan anak yatim.
  12. Ust Ali Ba’bud (w. 2007) yang mendorong agar penulis memilih membaca buku apa saja bagi mereka yang menekuni ilmu agama, baik pemula maupun lanjutan. Penulis kerap kali bertanya pada beliau, salah satunya hadis tentang Nabi suci saw menggabung dua shalat dalam satu waktu.
  13. Ust Solihin al-Jawi mendorong agar penulis fokus dengan pelajaran, mengimami shalat, memimpin doa dan membatasi agar tidak terlalu membicarakan seputar isu Sunni Syiah yang saat itu hangat di Jawa Timur
  14. Ust Ali Pengaron al-Maduri mendorong untuk menekuni nahwu dengan memberikan privat kepada penulis di luar kelas
  15. Ust Hasan Baharun (w. 1999) mendorong agar penulis tetap menuntut ilmu dan berakhlaq mulia, saat penulis pamit ini adalah pesan utamanya
  16. Ust Qaimuddin, guru yang menumbuhkan kesukaan penulis pada usul fiqh dan logika berpikir. Penulis pernah menelpon beliau sekitar tahun 2014 atau 2015 mengucapkan terima kasih atas hal itu saat di pondok.
  17. Ust As’ad al-Maduri memberikan privat kepada penulis mempelajari usul fiqh dan ulum hadis dari karya sayid al-Maliki; al-Manhal al-Lathif.
  18. Ust Hasan Bashri al-Maduri, guru yang menambahkan kecintaan penulis pada sejarah (sirah) Nabi suci saw. Paling terkesan saat beliau mengisahkan detailnya proses perang Khaibar 7 H dan perang Mu’tah 8 H.
  19. Ust Abdullah Maula Khelah (w.?), salah satu murid sayyid al-Maliki. Menumbuhkan di hati penulis mendalami ilmu hadis. Di satu kesempatan saat mengajar, beliau bertanya: “jika hadis diriwayatkan oleh Imam Syafi’i (w. 204 H) dari Imam Hanafi (w. 150 H) apakah hadis itu shahih atau tidak?”. Kebetulan di kelas saat itu tidak ada yang menjawab kecuali penulis, dan jawaban penulis benar bahwa hadis itu terputus karena kedua imam itu tidak bertemu.
  20. Ust Syarif dari Madura; dosen IAIN Sunan Ampel saat itu (1995-1996), memberikan dorongan untuk berpikir kritis terhadap sebuah penafsiran al-Qur’an. Insight berkesan di makul tafsir maupun ulum al-Qur’an, dan kebetulan penulis diberi nilai tinggi.
  21. Ust Ali Albaar (w. 2016); dosen dan paman (khal) penulis, mengajar di kampus STAIN Ternate saat itu (1997-1999), dan bersedia mengajari penulis di luar kampus untuk melanjutkan kajian ushul al-hadis dari kitab al-Manhal al-Lathif. Mendorong penulis untuk selalu kembali kepada sumber asli hadis.
  22. O. Hashem (w. 2009), penulis memanggilnya ami Umar. Dokter yang praktik di Bandar Lampung, setelah pensiun berdomisili di Jati Bening Bekasi. Beliau memiliki keunikan karena mendalami Islam khususnya kritik sejarah. Mendorong penulis berpikir kritis terhadap apa pun terutama sejarah.
  23. Prof Aqil al-Munawwar, dosen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, mendorong penulis untuk mendalami ilmu hadis, manhaj al-muhaddisin, al-jarh wa al-ta’dil dan kritik hadis terkait dengan ushul fiqh
  24. Dr. Sahabuddin dosen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, pembimbing Disertasi dan mendorong penulis untuk memahami makna hadis terkait dengan fiqh al-hadis dari berbagai perspektif mazhab
  25. Dr. Lutfi Fathullah (w. 2021) pembimbing Tesis penulis, mendorong penulis memahami ulum al-hadis, kritik hadis dan teori dan praktik ilmu ilal al-hadis
  26. Prof Badri Yatim (w. 2009) dosen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, mendorong penulis untuk memahami tahapan-tahapan dalam sejarah Islam klasik sampai sejarah Islam modern.
  27. Dr. Fuad Jabali dosen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, mendorong penulis untuk mengkaji sumber-sumber sejarah outsider yang berbahasa Inggris.
  28. Prof Quraish Shihab dosen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, memberikan pola penafsiran, dan beberapa insight tentang tafsir yang sangat berharga. Selain itu, penulis sering mengoleksi karyanya.
  29. KH Dr. Masyhuri Na’im dosen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, pembimbing Tesis, mendorong penulis mengkaji hadis dengan perspektif ulama hadis dan ushul fiqh. Mahasiswa yang dibimbingnya kalau ke rumahnya diajak makan terlebih dahulu. Penulis juga pernah menginap di rumahnya saat bimbingan.
  30. Prof Huzaemah Tahido Yanggo (murid dari Guru Tua), mendorong penulis agar menyelesaikan studi secepatnya dan insightnya tentang perbedaan ulama mazhab saat penulis menulis Disertasi.
  31. Habib Saqqaf bin Mahdi bin Syekh Abu Bakar (w. 2010); pimpinan pondok pesantren Nurul Iman al-Ashriyyah Parung Bogor, mendorong penulis untuk konsen dengan ilmu dan karenanya penulis diminta mengajar di sekolah tinggi pondok tersebut (2005-2007). Beliau juga pernah meminta agar penulis beserta keluarga pindah dan tinggal di dalam pondoknya.
ilustrasi: png tree

Leave a comment

Tentang Kami

alkhairaat-ternate.or.id adalah situs resmi milik Alkhiraat Cabang Kota Ternate, sebagai media silaturahmi dan dakwah dengan menyajikan informasi seputar pendidikan, dakwah dan sosial, serta mempromosikan tulisan-tulisan rahmatan lil-alamin yang berakar pada kearifan tradisi

Hubungi Kami

Alamat: Jl. Kakatua, No.155, Kelurahan Kalumpang, Ternate Tengah, Kota Ternate, Provinsi Maluku UtaraTelepon: (0921) 312 8950email: alkhairaat.ternate@gmail.com