Lailatul Qadar; Media Mengukur Diri

EMBUN JUM’AT

Penulis: Dr. Ja’far Assagaf, MA

Dosen UIN SUKA Yogyakarta | Asosiasi Ilmu Hadis Indonesia bidang Riset dan Pengembangan Ilmu | Wakil Ketua Ikatan Sarjana Rakyat Indonesia bidang Pendidikan Agama dan Budaya, Sukoharjo, Jawa Tengah.


Suatu ketika beberapa sahabat ra diperlihatkan malam lailatul qadar dalam mimpi mereka di sekitar 7 hari terakhir bulan Ramadhan, lalu Nabi suci Muhammad saw bersabda: 

أرى رؤياكم قد تواطأت فى السبع الأواخر ، فمن كان متحريها فليتحرها فى السبع الأواخر…

Artinya: “ aku telah melihat (mengetahui tentang) mimpi kalian telah sesuai (sama;mirip) di 7 (hari) yang terakhir, maka barang siapa yang mencarinya (lailatul qadar) maka carilah ia di 7 (hari) yang terakhir

Hadis riwayat al-Bukhari tersebut dari sahabat Ibn Umar (w.73/74 H), berbeda dengan riwayat al-Bukhari lainnya dari sahabat ‘Aisyah (w. 57 H), Ibn ‘Abbas (w. 68 H) dan Abu Said al-Khudriy (w. 74 H) yang menganjurkan mencari lailatul qadar di 10 hari terakhir Ramadhan, tetapi kedua riwayat tersebut secara substansi tidak bertentangan karena keduanya tetap berada di likuran ke 3 bulan Ramadhan.

Ibn Hajar dalam magnum opusnya yang pertama; Fath al-Bâriy, menyebutkan 46 pendapat ulama tentang kapan lailatul qadar itu datang. Dari semua pendapat tersebut dibagi 3: pertama, lailatul qadar hanya datang dan terjadi di zaman Nabi suci saw, nampaknya ini pendapat Syi’ah dan mungkin Mu’tazilah; kedua, lailatul qadar dapat terjadi kapanpun dalam satu tahun, tidak dibatasi di bulan Ramadhan, agaknya ini pendapat popular dalam mazhab Hanafi; ketiga, lailatul qadar terjadi di bulan Ramadhan, ini pendapat banyak ulama termasuk imam Hanafi (w. 150  H) dalam salah satu riwayat. Dari pendapat ketiga inilah lahirlah aneka pendapat tentang malam ke berapa lailatul qadar muncul ?, meski pendapat mayoritas ulama bahwa lailatul qadar muncul di malam ke 27 yang secara tradisi di Indonesia masih dapat disaksikan, termasuk yang berada di belahan Moloku Kie Raha (Maluku Utara) disebut malam ela-ela (layâliy bentuk plural lail), namun pada dasarnya lailatul qadar dapat terjadi kapanpun di bulan Ramadhan sesuai kehendak Allah swt.

Lailatul qadar dinamakan malam kemuliaan karena pada malam itu para malaikat dan Jibril as turun ke dunia sampai waktu terbitnya fajar, disebut pula malam pengesahan karena pada malam tersebut disahkan aneka urusan termasuk rizki dan sebagainya, lailatul qadar juga disebut malam 1000 bulan karena ibadah di malam tersebut setara dengan nilai beribadah 1000 bulan atau sekitar 83 tahun 4 bulan dengan hitungan normal.    

Sementara kata al-qadar sendiri pada dasarnya berarti kemampuan, ukuran dan kualitas dari sesuatu (al-Mu’jam al-Wasîth; Mu’jam al-Mufradât).  Kata qadar ini menjadi titik tolak kaum Muslim untuk mempersiapkan diri berdasar kemampuannya agar kualitas hidup, ibadah, kerja, belajar, dan aktifitas lainnya dapat terukur, bukan saja terhadap apa yang akan dicapai secara maksimal namun juga pada kemampuan untuk mencapainya. Orang yang bijak adalah mereka yang tahu potensi dirinya, termasuk kekurangannya, dalam literatur Islam ditemukan riwayat Ali bin Abi Thalib kw (w. 40) menyatakan: هلك امرء لم يعرف قدره  

Artinya: “celaka orang yang tidak mengetahui kemampuannya (dirinya)”.

Kata hikmah tersebut bukan berarti menggiring kita menjadi pesimis, non aktif dan bermalas-malasan, namun kata-kata itu menuntun bagaimana kita menggunakan potensi yang dimiliki sesuai kadar dan ukurannya, yang tidak melampaui batas, sesuatu yang telah melewati ambang batas maksimal tentu akan membawa kepada kerugian, kecelakaan dan keburukan lainnya. Ibarat katak ingin menjadi lembu, berusaha terus menerus menggemukkan dirinya namun usahanya itu justeru menyebabkan kematiannya sendiri.

Dalam konteks kemampuan berdasar profesi maupun keahlian lainnya, kadar ukuran tetap menjadi perhatian utama Nabi suci saw, maka ditemukan dalam salah satu sabdanya tentang urusan akan hancur; berantakan bila diserahkan bukan pada ahlinya (HR. Bukhari). Hadis ini tidak hanya memberikan cara agar menempatkan orang sesuai profesinya tapi juga orang tersebut harus paham dan menyadari akan kemampuan dirinya terkait dengan tanggung jawab yang diberikan padanya.

Malam lailatul qadar sebagai media bagi Muslim untuk mengukur kemampuan dirinya selama ini menuju jalan Allah swt., apakah sudah berusaha keras ke arah-Nya ataukah masih belum sesuai kadar ukurannya sebagai manusia untuk mencari ridha-Nya? maka pada malam-malam tersebut dianjurkan untuk meningkatkan ibadah seperti terlihat dalam hadis al-Bukhari dari siti ‘Aisyah:

 …إذا دخل العشر شد مئزره ، وأحيا ليله ، وأيقظ أهله

Artinya: “bila telah masuk sepuluh (akhir ramadhan), Nabi suci saw menggencangkan sarungnya (banyak beribadah dengan meninggalkan hubungan suami isteri sementara waktu), menghidupkan malamnya dan membangunkan keluarganya”

Praktek tersebut tetap dalam koridor ukuran kemampuan, dimana secara khusus ibadah di malam-malam itu ditingkatan, namun sebelum itu tetap tidur terlebih dahulu atau membiarkan orang lain tidur dan membangunkan mereka bila sudah saatnya bangun untuk beribadah bersama-sama, sehingga tidak begadang semalam suntuk yang dapat menyebabkan sakit, namun dengan cara mengatur waktu sesuai kemampuan diri.

Lailatul qadar juga disebut sebagai malam toleransi yang membebaskan (samhah thalqah) atau malam kemudahan yang baik/sahlah thaiyyibah (Ibn al-Atsîr w. 606 H), terdapat indikator kalau pada malam-malam tersebut ketika itu banyak yang membiarkan budak mereka bebas sesuai kadar kemampuan pemilik budak atau malam dimana orang mudah berbuat baik dibanding malam lainnya, tentu semua itu dalam koridor kemampuan berbuat kebaikan, memberi makan faqir miskin, bersedakah dan lainnya sehingga pelaku tersebut dapat memperoleh ‘toleransi’ Allah swt, dengan memasukkannya ke dalam surga-Nya, karena DIA melihatnya telah berusaha sesuai kemampuannya.

wa Allahu a‘lam bi al-shawâb

Leave a comment

Tentang Kami

alkhairaat-ternate.or.id adalah situs resmi milik Alkhiraat Cabang Kota Ternate, sebagai media silaturahmi dan dakwah dengan menyajikan informasi seputar pendidikan, dakwah dan sosial, serta mempromosikan tulisan-tulisan rahmatan lil-alamin yang berakar pada kearifan tradisi

Hubungi Kami

Alamat: Jl. Kakatua, No.155, Kelurahan Kalumpang, Ternate Tengah, Kota Ternate, Provinsi Maluku UtaraTelepon: (0921) 312 8950email: alkhairaat.ternate@gmail.com